Berkunjung ke laboratorium pribadi pak
Tugiyo di Bantul Yogjakarta, lebih tepatnya ruang pertemuan kelompok tani di
rumah pribadinya. Itu terjadi beberapa waktu yang lalu, dengan mengajak serta
rombongan kelompok tani dari beberapa kecamatan di Wonogiri. Banyak ilmu yang
diberikan oleh pak Tugiyo pada kesempatan tersebut, termasuk dari
mentor beliau (nggak main-main lho mentornya, Dr. Tri Hardjaka dari
Fakultas pertanian UGM).
Saat itu kita ngaji ke pak Tugiyo ki
perihal pengembangan pupuk Bacillus. Beliau difasilitasi dari Fakultas Pertanian
UGM membuat dan mengembangan pupuk bacillus dan pak Tugiyo membuat label Baksilus pada produknya itu. Kata beliau,
manfaatnya luar biasa ... nggak percaya ...? Coba saja, murah meriah
.....
Dan .... Semua peserta waktu pulang dikasih
oleh-oleh sekitar 5 liter pupuk Baksilus-nya pak Tugiyo, pakai jerigen. Wow
bener khan .... Indahnya berbagi, berbagi ilmu, berbagi pupuk. Terima kasih pak
Tugiyo, pak Tri Hardjaka, pak Jaka Widada. Semoga barokah .
Pupuk Baksilus-nya pak Tugiyo adalah
pupuk yang berbasis mikroba dan sebenarnya pupuk yang berbasis mikrobio / pupuk
hayati bukanlah pupuk organik. Kata Permentan No.2 tahun 2006, pupuk hayati
digolongkan kedalam pembenah tanah, bukan pupuk organik. Pembenah tanah itu
sendiri bisa organik ataupun non organik. Pupuk hayati termasuk dalam pembenah
tanah organik. Dalam peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai
sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi tanaman,
di dalamnya bisa mengandung organisme hidup atau pun tidak. Sedangkan pupuk
hayati merupakan sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki
kesuburan tanah. Sebetulnya apa sih hebatnya pupuk
bacillus itu dan bagaimana cara membuatnya ?
Awwalan ....
Bakteri dilaporkan dan diyakini dapat
menekan pertumbuhan patogen dalam tanah secara alamiah, beberapa genus yang
banyak mendapat perhatian yaitu Agrobacterium, Bacillus, dan Pseudomonas
(Hasanuddin, 2003). Salah satu kelompok bakteri yang sering digunakan
sebagai pengendali hayati penyakit akar adalah Bacillus sp.. Bakteri ini telah terbukti
memiliki potensi sebagai agensia
pengendali hayati yang
baik, misalnya terhadap bakteri patogen seperti Raistonia solanacearum (Soesanto,
2008).
Bacillus sp. dapat
menghasilkan fitohormon yang
berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan. Fitohormon yang
dihasilkan bakteri tanah ini dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri
menghambat aktivitas patogen pada tanaman, sedangkan pengaruh secara langsung
fitohormon tersebut adalah meningkatkan petumbuhan tanaman dan dapat bertindak
sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan
(Greenlite, 2009).
Beberapa spesies Bacillus
sp. yang menghasilkan antibiotik dapat digunakan sebagai agens hayati.
Jenis antibiotik yang dihasilkan tersebut antara lain berupa iturin, surfactin,
fengicin, polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacilin (Todar,
2005). Fungsi Bacillus spp. (seperti Bacillus subtillis) antara lain dapat
mengendalikan penyakit layu bakteri pada kentang dan meningkatkan hasil umbi
kentang sampai 160%. Bacillus spp. dapat mengendalikan penyakit lincat pada
tembakau dan penyakit layu bakteri pada biji tomat yang disebabkan oleh Raistonia solanacearum pada
tanaman tembakau. Baker et al dalam Hasanuddin (2003) menyatakan manakala filtrasi steril dari
kultur Bacillus subtilis diaplikasikan
tiga kali seminggu mengendalikan penyakit karat pada tanaman kacang dilapangan
nyata lebih baik dari fungisida mancozeb dengan aplikasi satu kali seminggu.
Bagaimana cara mengembangkannya ?
Dibawah ini ada leafleat dari Fakultas
Pertanian UGM dan mohon ijin pak Dr.Tri Hardjaka dan pak Dr.Jaka Widada ,
leaflet nya saya upload ya ...Semoga bisa membantu.
Kamii sudah membuatnya dengan menggunakan alat-alat yang
tidak sebagus reaktor pak Tugiyo. Hanya menggunakan tong biru dan aerator
akuarium (ceritanya modifikasi ni ...). Insyaa Allah hasilnya dapat dihat
langsung pada pertanamannya.
Pengalaman mas Warsino dari Poktan
Ngesti Utomo Purwosari Wonogiri, yang juga sudah mulai mengembangkan dan
menggunakan pupuk ini hasilnya bagus ... pernah iseng-iseng di siramkan di satu
pojok lahannya ... yang di pojok itu lebih hijau, lebih tinggi dan menguning.
lebih cepat .
Sumber :
1. pak Dr. Tri Hardjaka dan mas Dr. Jaka Widada
2. pak Tugiyo dan ibu