Pertanian selalu menjadi tema yang
menarik, seksi. Walaupun bagi petani, yang notabene-nya sebagai pengusaha yang mempunyai pabrik-pabrik mini dan produksi komoditas pertanian, seperti dimainkan saja. Tidak berkutik, tidak punya daya tawar menjual produknya.
Beda-lah dibandingkan dengan produk pabrikan lain, seperti alat-alat elektronik, alat-alat kendaraan, kendaraan, baju dan lain-lain. Mereka bisa menjual dengan menentukan harga sendiri. Kalau kompetitor nggak ada ... yaa ... bisa dijual mahal. Tapi khusus untuk pertanian ... wow ... kalau panen raya, bisa dipastikan harga anjlog, apalagi kalau pemerintah juga impor.
Tanah kita adalah tanah surga.Tetapi belumlah mampu kita memanfaatkannya untuk menjadikan penghuni diatasnya sebagai penghuni "surga". Karena keterbatasan kemampuan, nyatanya tingkat produktivitas pabrik mini ini belum maksimal. Sejatinya, peluang mengusahakannya untuk lebih baik dan meningkat lagi (tidak lupa menjaga kelestariannya) masih sangat terbuka.
Beda-lah dibandingkan dengan produk pabrikan lain, seperti alat-alat elektronik, alat-alat kendaraan, kendaraan, baju dan lain-lain. Mereka bisa menjual dengan menentukan harga sendiri. Kalau kompetitor nggak ada ... yaa ... bisa dijual mahal. Tapi khusus untuk pertanian ... wow ... kalau panen raya, bisa dipastikan harga anjlog, apalagi kalau pemerintah juga impor.
Tanah kita adalah tanah surga.Tetapi belumlah mampu kita memanfaatkannya untuk menjadikan penghuni diatasnya sebagai penghuni "surga". Karena keterbatasan kemampuan, nyatanya tingkat produktivitas pabrik mini ini belum maksimal. Sejatinya, peluang mengusahakannya untuk lebih baik dan meningkat lagi (tidak lupa menjaga kelestariannya) masih sangat terbuka.
Memahami tanah surga kita, memahami karakter "pabrik" mini, memahami "mesin-mesin" produksi pertanian, tidak ujug-ujug. Memerlukan orang-orang yang mempunyai visi. Para pemilik pabrik juga harus terus belajar dan bermimpi menampilkan produksi terbaik. Peluang itu terbuka lebar, dengan perbaikan kualitas tanah kita, memungkinkan kita berbagi dengan bangsa dan negara lain, ekspor tentu.
Saya ketemu dengan banyak orang. Bercerita tentang mimpi-mimpinya yang begitu megah. Impian yang mnggerakkan alam bawah sadarnya untuk terus maju. Mencoba hal-hal baru. inovasi tiada henti ... kata Suzuki. Keren banget ... mantul, mantap betul.
Inlah impian-impian yang bisa rangkum, Bisa juga ditanamkan di batang memori impian kita. menjadi pendorong untuk semakin di depan ( slogan Yamaha). One hearts ... satu hati-nya honda, menggerakkan.
1.
Padi sawah produkstivitasnya
sampai dengan 40 ton/Ha.
2.
Kedelai
meningkat produktivitasnya sampai dengan 4 ton / Ha
3.
Kacang tanah meningkat
produktivitasnya menjadi 6 ton / Ha
4.
Jagung menjadi
15 ton / Ha
5.
Ubi Kayu 70
ton/Ha
6.
Harga beras
(organik) sampai dengan Rp.30.000,-/kg
7.
Harga kedelai
(lokal) sampai dengan Rp. 15.000,- / kg
8.
Ubi kayu
sampai dengan Rp. 10.000,- / kg
9.
Ekspor produk
pertaian oleh petani / kelompok tani / gapoktan
10. Pupuk
(terbaik) membuat sendiri
11. Tanah
dan batu jadi tanaman
12. Kail
dan jala cukup menghidupimu
Sumber gambar :
https://intisari.grid.id/read/03202696/selalu-ikuti-impian-kita-jangan-sampai-hidup-dalam-penyesalan?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar