Rabu, 20 Maret 2019

Membuat Pupuk Bacillus



Berkunjung ke laboratorium pribadi pak Tugiyo di Bantul Yogjakarta, lebih tepatnya ruang pertemuan kelompok tani di rumah pribadinya. Itu terjadi beberapa waktu yang lalu, dengan mengajak serta rombongan kelompok tani dari beberapa kecamatan di Wonogiri. Banyak ilmu yang diberikan oleh pak Tugiyo pada kesempatan tersebut, termasuk dari   mentor beliau (nggak main-main lho mentornya, Dr. Tri Hardjaka dari Fakultas pertanian UGM).

Saat itu kita ngaji ke pak Tugiyo ki perihal pengembangan pupuk Bacillus. Beliau difasilitasi dari Fakultas Pertanian UGM membuat dan mengembangan pupuk bacillus dan pak Tugiyo membuat label Baksilus pada produknya itu. Kata beliau, manfaatnya luar biasa ... nggak percaya ...? Coba saja, murah meriah ..... 

Dan .... Semua peserta waktu pulang dikasih oleh-oleh sekitar 5 liter pupuk Baksilus-nya pak Tugiyo, pakai jerigen. Wow bener khan .... Indahnya berbagi, berbagi ilmu, berbagi pupuk. Terima kasih pak Tugiyo, pak Tri Hardjaka, pak Jaka Widada. Semoga barokah .

Pupuk Baksilus-nya pak Tugiyo adalah pupuk yang berbasis mikroba dan sebenarnya pupuk yang berbasis mikrobio / pupuk hayati bukanlah pupuk organik. Kata Permentan No.2 tahun 2006, pupuk hayati digolongkan kedalam pembenah tanah, bukan pupuk organik. Pembenah tanah itu sendiri bisa organik ataupun non organik. Pupuk hayati termasuk dalam pembenah tanah organik. Dalam peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup atau pun tidak. Sedangkan pupuk hayati merupakan sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah. Sebetulnya apa sih hebatnya pupuk bacillus itu dan bagaimana cara membuatnya ?

Awwalan ....

Bakteri dilaporkan dan diyakini dapat menekan pertumbuhan patogen dalam tanah secara alamiah, beberapa genus yang banyak mendapat perhatian yaitu Agrobacterium, Bacillus, dan Pseudomonas (Hasanuddin, 2003). Salah satu kelompok bakteri yang sering digunakan sebagai pengendali hayati penyakit akar adalah Bacillus sp.. Bakteri ini telah terbukti memiliki potensi sebagai agensia pengendali hayati yang baik, misalnya terhadap bakteri patogen seperti Raistonia solanacearum (Soesanto, 2008).

Bacillus sp. dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri tanah ini dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri menghambat aktivitas patogen pada tanaman, sedangkan pengaruh secara langsung fitohormon tersebut adalah meningkatkan petumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan (Greenlite, 2009).

Beberapa spesies Bacillus sp. yang menghasilkan antibiotik dapat digunakan sebagai agens hayati. Jenis antibiotik yang dihasilkan tersebut antara lain berupa iturin, surfactin, fengicin, polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacilin (Todar, 2005). Fungsi Bacillus spp. (seperti Bacillus subtillis) antara lain dapat mengendalikan penyakit layu bakteri pada kentang dan meningkatkan hasil umbi kentang sampai 160%. Bacillus spp. dapat mengendalikan penyakit lincat pada tembakau dan penyakit layu bakteri pada biji tomat yang disebabkan oleh Raistonia solanacearum pada tanaman tembakau. Baker et al dalam Hasanuddin (2003) menyatakan manakala filtrasi steril dari kultur Bacillus subtilis diaplikasikan tiga kali seminggu mengendalikan penyakit karat pada tanaman kacang dilapangan nyata lebih baik dari fungisida mancozeb dengan aplikasi satu kali seminggu.

Bagaimana cara mengembangkannya ?

Dibawah ini ada leafleat dari Fakultas Pertanian UGM dan mohon ijin pak Dr.Tri Hardjaka dan pak Dr.Jaka Widada , leaflet nya saya upload ya ...Semoga bisa membantu.  


Monggo mulai dikembangkan ya ...

Kamii sudah membuatnya dengan menggunakan alat-alat yang tidak sebagus reaktor pak Tugiyo. Hanya menggunakan tong biru dan aerator akuarium (ceritanya modifikasi ni ...). Insyaa Allah hasilnya dapat dihat langsung pada pertanamannya.

Pengalaman mas Warsino dari Poktan Ngesti Utomo Purwosari Wonogiri, yang juga sudah mulai mengembangkan dan menggunakan pupuk ini hasilnya bagus ... pernah iseng-iseng di siramkan di satu pojok lahannya ... yang di pojok itu lebih hijau, lebih tinggi dan menguning. lebih cepat .

Sumber :

1.  pak Dr. Tri Hardjaka dan mas Dr. Jaka Widada
2.  pak Tugiyo dan ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar