Senin, 08 Juli 2019

Memperbanyak Alpokat

Saat ini tanaman buah yang lagi booming adalah alpokat. Tanaman buah yang cukup mudah bididayanya. Ada yang alpokat tanpa biji, ada yang 1 (satu) kg hanya berisi 1 ada yang 2 saja. Ada yang bijinya sangat kecil, ada yang rasanya luegittt banget dan lain-lain.
Hukum pasar berlaku, ketika ada banyak permintaan sedangkan penawaran relatif tetap, maka harga kemudian naik. Tapi yang lebih penting kemudian adalah banyak teman-teman yang berpikir, bagaimana cara memperbanyak tanaman unggul itu.
Yang saya lakukan, ini untuk skala sendiri, saya menyusukan tanaman unggul yang sudah banyak cabang dengan tanaman yang berasal dari biji. Relatif lebih mudah dan lebih gampang hidup karena dua tanaman masih sama-sama hidup. Beda dengan yang sambung pucuk. Kegagalannya relatif besar apalagi bagi pemula. Tapi bila mecoba sambung pucuk dan gagal, pokoknya jangan berhenti, lanjut terus ...
Foto-foto menyusul ya ...

Kamis, 11 April 2019

Sebelum mimpi dilarang


Pertanian selalu menjadi tema yang menarik, seksi. Walaupun bagi petani, yang notabene-nya sebagai pengusaha yang mempunyai pabrik-pabrik mini dan produksi komoditas pertanian, seperti dimainkan saja. Tidak berkutik, tidak punya daya tawar menjual produknya. 

Beda-lah dibandingkan dengan produk pabrikan lain, seperti alat-alat elektronik, alat-alat kendaraan, kendaraan, baju dan lain-lain. Mereka bisa menjual dengan menentukan harga sendiri. Kalau kompetitor nggak ada ...  yaa ... bisa dijual mahal. Tapi khusus untuk pertanian ... wow ... kalau panen raya, bisa dipastikan harga anjlog, apalagi kalau pemerintah juga impor. 

Tanah kita adalah tanah surga.Tetapi belumlah mampu kita memanfaatkannya untuk menjadikan penghuni diatasnya sebagai penghuni "surga". Karena keterbatasan kemampuan, nyatanya tingkat produktivitas pabrik mini ini belum maksimal. Sejatinya, peluang mengusahakannya untuk lebih baik  dan meningkat lagi (tidak lupa menjaga kelestariannya) masih sangat terbuka. 

Memahami tanah surga kita, memahami karakter "pabrik" mini, memahami "mesin-mesin"  produksi pertanian, tidak ujug-ujug. Memerlukan orang-orang yang mempunyai visi. Para pemilik pabrik juga harus terus belajar dan bermimpi menampilkan produksi terbaik. Peluang itu terbuka lebar, dengan perbaikan kualitas tanah kita, memungkinkan kita berbagi dengan bangsa dan negara lain, ekspor tentu. 

Saya ketemu dengan banyak orang. Bercerita tentang mimpi-mimpinya yang begitu megah. Impian yang mnggerakkan alam bawah sadarnya untuk terus maju. Mencoba hal-hal baru. inovasi tiada henti ... kata Suzuki. Keren banget ... mantul, mantap betul.
Inlah impian-impian  yang bisa rangkum, Bisa juga ditanamkan di batang memori impian kita. menjadi pendorong untuk semakin di depan ( slogan Yamaha). One hearts ... satu hati-nya honda, menggerakkan.

1.      Padi sawah produkstivitasnya sampai dengan 40 ton/Ha.
2.      Kedelai meningkat produktivitasnya sampai dengan 4 ton / Ha
3.      Kacang tanah meningkat produktivitasnya menjadi 6 ton / Ha
4.      Jagung menjadi 15 ton / Ha
5.      Ubi Kayu 70 ton/Ha
6.      Harga beras (organik) sampai dengan Rp.30.000,-/kg
7.      Harga kedelai (lokal) sampai dengan Rp. 15.000,- / kg
8.      Ubi kayu sampai dengan Rp. 10.000,- / kg
9.      Ekspor produk pertaian oleh petani / kelompok tani / gapoktan
10. Pupuk (terbaik) membuat sendiri
11. Tanah dan batu jadi tanaman
12. Kail dan jala cukup menghidupimu

Ayo bermimpi ... tuliskan impian kita .... 13, 14, 15 dan seterusnya. Jangan takut bermimpi, sampai kita dilarang bermimpi. Ingat yaa ... di dunia ini yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri. Berubahlah lewat impian-impian kita.  Maka kita rubah mindset kita, continuous learning and make it a habit. Terima kasih.

Sumber gambar :
https://intisari.grid.id/read/03202696/selalu-ikuti-impian-kita-jangan-sampai-hidup-dalam-penyesalan?page=all

Rabu, 20 Maret 2019

Membuat Pupuk Bacillus



Berkunjung ke laboratorium pribadi pak Tugiyo di Bantul Yogjakarta, lebih tepatnya ruang pertemuan kelompok tani di rumah pribadinya. Itu terjadi beberapa waktu yang lalu, dengan mengajak serta rombongan kelompok tani dari beberapa kecamatan di Wonogiri. Banyak ilmu yang diberikan oleh pak Tugiyo pada kesempatan tersebut, termasuk dari   mentor beliau (nggak main-main lho mentornya, Dr. Tri Hardjaka dari Fakultas pertanian UGM).

Saat itu kita ngaji ke pak Tugiyo ki perihal pengembangan pupuk Bacillus. Beliau difasilitasi dari Fakultas Pertanian UGM membuat dan mengembangan pupuk bacillus dan pak Tugiyo membuat label Baksilus pada produknya itu. Kata beliau, manfaatnya luar biasa ... nggak percaya ...? Coba saja, murah meriah ..... 

Dan .... Semua peserta waktu pulang dikasih oleh-oleh sekitar 5 liter pupuk Baksilus-nya pak Tugiyo, pakai jerigen. Wow bener khan .... Indahnya berbagi, berbagi ilmu, berbagi pupuk. Terima kasih pak Tugiyo, pak Tri Hardjaka, pak Jaka Widada. Semoga barokah .

Pupuk Baksilus-nya pak Tugiyo adalah pupuk yang berbasis mikroba dan sebenarnya pupuk yang berbasis mikrobio / pupuk hayati bukanlah pupuk organik. Kata Permentan No.2 tahun 2006, pupuk hayati digolongkan kedalam pembenah tanah, bukan pupuk organik. Pembenah tanah itu sendiri bisa organik ataupun non organik. Pupuk hayati termasuk dalam pembenah tanah organik. Dalam peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup atau pun tidak. Sedangkan pupuk hayati merupakan sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah. Sebetulnya apa sih hebatnya pupuk bacillus itu dan bagaimana cara membuatnya ?

Awwalan ....

Bakteri dilaporkan dan diyakini dapat menekan pertumbuhan patogen dalam tanah secara alamiah, beberapa genus yang banyak mendapat perhatian yaitu Agrobacterium, Bacillus, dan Pseudomonas (Hasanuddin, 2003). Salah satu kelompok bakteri yang sering digunakan sebagai pengendali hayati penyakit akar adalah Bacillus sp.. Bakteri ini telah terbukti memiliki potensi sebagai agensia pengendali hayati yang baik, misalnya terhadap bakteri patogen seperti Raistonia solanacearum (Soesanto, 2008).

Bacillus sp. dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri tanah ini dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri menghambat aktivitas patogen pada tanaman, sedangkan pengaruh secara langsung fitohormon tersebut adalah meningkatkan petumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan (Greenlite, 2009).

Beberapa spesies Bacillus sp. yang menghasilkan antibiotik dapat digunakan sebagai agens hayati. Jenis antibiotik yang dihasilkan tersebut antara lain berupa iturin, surfactin, fengicin, polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacilin (Todar, 2005). Fungsi Bacillus spp. (seperti Bacillus subtillis) antara lain dapat mengendalikan penyakit layu bakteri pada kentang dan meningkatkan hasil umbi kentang sampai 160%. Bacillus spp. dapat mengendalikan penyakit lincat pada tembakau dan penyakit layu bakteri pada biji tomat yang disebabkan oleh Raistonia solanacearum pada tanaman tembakau. Baker et al dalam Hasanuddin (2003) menyatakan manakala filtrasi steril dari kultur Bacillus subtilis diaplikasikan tiga kali seminggu mengendalikan penyakit karat pada tanaman kacang dilapangan nyata lebih baik dari fungisida mancozeb dengan aplikasi satu kali seminggu.

Bagaimana cara mengembangkannya ?

Dibawah ini ada leafleat dari Fakultas Pertanian UGM dan mohon ijin pak Dr.Tri Hardjaka dan pak Dr.Jaka Widada , leaflet nya saya upload ya ...Semoga bisa membantu.  


Monggo mulai dikembangkan ya ...

Kamii sudah membuatnya dengan menggunakan alat-alat yang tidak sebagus reaktor pak Tugiyo. Hanya menggunakan tong biru dan aerator akuarium (ceritanya modifikasi ni ...). Insyaa Allah hasilnya dapat dihat langsung pada pertanamannya.

Pengalaman mas Warsino dari Poktan Ngesti Utomo Purwosari Wonogiri, yang juga sudah mulai mengembangkan dan menggunakan pupuk ini hasilnya bagus ... pernah iseng-iseng di siramkan di satu pojok lahannya ... yang di pojok itu lebih hijau, lebih tinggi dan menguning. lebih cepat .

Sumber :

1.  pak Dr. Tri Hardjaka dan mas Dr. Jaka Widada
2.  pak Tugiyo dan ibu

Selasa, 19 Maret 2019

Memuliakan Akal




"Innal abraara yasyrabuuna min ka’sin kaana mizaajuhaa kaafuura”

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), membacakan surat Ad-Dahr (Al-Insan) ayat 5 ini di depan Mohammad Said (wartawan senior harian Waspada) dan Amrullah O. Lubis, juga seorang wartawan kawakan asal Medan, setelah keduanya selesai shalat Maghrib di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, pada suatu hari di bulan Agustus 1969. Kepada keduanya, Hamka mengatakan, “Saya telah bertemu di dalam Al-Qur’an suatu dalil bahwa di zaman Nabi kita (Muhammad saw—red), negeri kita ini (Nusantara— red) sudah diketahui oleh orang dan telah meresap ke dalam lidah Arab sendiri, bahkan lidah Quraisy, bahasa Al-Qur’an.”

Said pun langsung terusik oleh pernyataan Hamka, “Apa yang tersembunyi di situ?”
Kepada kedua wartawan senior tersebut, Hamka menjelaskan terjemahan disertai tafsirannya. “Sesungguhnya orang baik-baik akan minum dari piala yang campurannya ialah kapur,” demikian Hamka menerjemahkan secara bebas surat Ad-Dahr ayat 5 sebagaimana dikutip dalam buku Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao (2008: 195). Adapun kutipan terjemahan Al-Qur’an versi Kementerian Agama (Kemenag) sebagai berikut: “Sungguh, orang-orang yang berbuat kebaikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kapur.” Adapun yang dimaksud ‘air kapur’ sebagaimana keterangan dalam terjemahan Al-Qur’an versi Kemenag (lihat catatan kaki no. 883) adalah “nama suatu mata air di surga yang airnya putih dan baunya sedap dan enak sekali rasanya.”

Tapi Hamka punya perspektif tersendiri ketika memahami kata ‘kaafuur’ dalam surat ini. Dengan kemampuan bahasa (linguistik), sejarah, dan budaya (sosiologi, antropologi), ia berhasil menjelaskan kata ‘kaafuur’ sebagai representasi dari bahasa dan budaya Nusantara yang masuk ke alam pikiran bangsa Arab dan telah diakomodasi ke dalam bahasa mereka, bahkan lewat lisan Nabi Muhammad saw ketika menuturkan wahyu surat Ad-Dahr ayat 5.

“Saudara telah mengetahui dari sejarah bahwa sejak sebelum Nabi Muhammad saw, orang Arab dan Phoenicie telah mencari kapur ke negeri kita, sebagai juga kemudiannya, orang Barat mencari rempah,” jelas HAMKA kepada kedua wartawan senior itu. “Kapur di zaman itu tidak ada tumbuh di bahagian dunia lain, kecuali di negeri kita di Sumatra. Kapur itu ialah Kapur Barus,” jelasnya.
Sangat menarik analisis Hamka terhadap kata ‘kaafuur’ dengan huruf kaf dibaca panjang (madd) dan huruf fa juga dibaca panjang (madd) yang hanya sekali saja disebutkan dalam Al-Qur’an. Yaitu, di ayat 5 surat AdDahr—Al-Insan. Karena begitu populernya komoditas Kapur Barus yang hanya diproduksi di kawasan Barus (Sumatra) sampai ke telinga bangsa Arab dan bahkan telah dikenal dengan baik oleh sang Nabi saw. Maka suatu kehormatan tersendiri, bagi Hamka, ketika kata ‘kaafuur’ telah menjadi representasi atas eksistensi bangsa Indonesia (Nusantara) ketika masuk ke dalam struktur bahasa Al-Qur’an.

Masih terkait kata ‘kaafuur’, komoditas yang hanya diproduksi di Barus, sebuah kawasan pesisir yang berjarak 60 km dari Singkil (Aceh), Hamka menawarkan teori baru tentang awal mula kedatangan agama Islam di Nusantara yang menurutnya telah hadir sejak abad ke-7 M. Fakta historis dan etnografi Barus menjadi bukti bahwa kawasan ini telah eksis ketika kenabian Muhammad saw lewat komoditi Kapur Barus yang telah populer di negara-negara Arab. James R. Rush, dalam buku Adicerita Hamka (2017: 143-144), mengutip teori Hamka, “Para penyebar Islam mencapai Jawa lima puluh tiga tahun sesudah Islam ditegakkan Nabi Muhammad di Arabia. Pada 675 M, duta-duta dari istana Khalifah Muawiyah di Damsyik mendatangi penguasa Hindu Kalingga ketika dalam perjalanan ke Tiongkok. Sepuluh tahun kemudian, para pedagang Arab mendirikan koloni di Sumatra Barat.”

Pada awal abad ke-20 M, para sejarawan Orientalis maupun intelektual pribumi memperdebatkan latar belakang seorang ulama besar bernama Abdurrauf ibn Ali Al-Jawiy, Al-Fanshur, As-Sinkili. Ia seorang ulama besar pada abad ke-17 M yang tidak hanya populer di Nusantara tetapi juga sangat disegani di negara-negara Arab, termasuk dihormati rezim Turki Usmani. Karya-karya Abdurrauf As-Sinkili sangat banyak menjadi bacaan otoritatif bagi para ulama di dunia Islam. Salah satu karya monumentalnya adalah Turjuman al-Mustafid, sebuah kitab tafsir berbahasa Arab-Melayu yang diterbitkan oleh penerbit Syekh Mustafa Al-Babiy Al-Halabiy di Mesir.

R.A. Rinkes, dalam bukunya, Abdurrauf van Singkel (1909: 37), memperdebatkan asal usul tokoh ini apakah dari Singkil atau Fanshur. Sedangkan Mangaradja Onggang Parlindungan, dalam bukunya, Tuanku Rao (1965), menyebut ada dua tokoh berbeda yang memiliki nama yang sama.
Dengan penguasaan sejarah, lingusitik, dan etnografi, Hamka membantah teori Rinkes dan Parlindungan bahwa Abdurrauf Al-Fashuri As-Sinkili adalah sosok yang satu. Walaupun telah jelas berasal dari Sumatra, tetapi dalam kitab Turjuman al-Mustafid, namanya tetap dinisbatkan Al-Jawiy. Sebab, sebutan “Al-Jawiy” dalam alam pikiran bangsa Arab untuk menyebut seluruh kawasan di Nusantara (termasuk Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lain-lain). Penisbatan Al-Fanshur dalam alam pikiran Melayu untuk menyebut nama sebuah kampung (Aceh: gamphong) bernama Pancur di Negeri Aceh Rayeu. Letak kawasan ini di antara Barus dan Singkil. Menurut Hamka, “Islam di sana sudah tua, setua Islam di Aceh.”

Dalam Seminar “Masuknya Islam ke Sumatra Utara” yang digelar bulan Maret 1963, Hamka berhasil menyampaikan teori baru tentang masuknya Islam di Nusantara sejak abad ke-7 M. Dengan mempertimbangkan fakta historis dan etnografi kawasan Barus, seorang sejarawan lokal bernama Dada Meuraxa mengafirmasi teori Hamka ini. Teori Hamka kembali dikemukakan dalam Seminar Islam di Minangkabau, 23-26 Juli 1969, bahwa sejarah masuknya Islam di Nusantara sebenarnya setua umur ajaran agama Islam itu sendiri, dibuktikan dengan fakta historis dan etnografis kawasan Barus seperti yang telah termaktub dalam Al-Qur’an surat Ad-Dahr ayat 5.

Itulah sisi rasionalitas Hamka yang mungkin belum banyak diketahui kalangan umat Islam saat ini. Sosok Hamka ketika menafsirkan ayat dalam Al-Qur’an menggunakan instrumen ilmu-ilmu social humanities di samping penguasaan terhadap ilmu-ilmu sains. Tidak cukup hanya dengan satu disiplin ilmu ketika menjelaskan ayat Al-Qur’an. Secara tidak langsung, sesungguhnya ia telah menggunakan pendekatan integrasi-interkoneksi ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Ilmu-ilmu social humanities dan ilmuilmu sains yang dibangun di atas rasionalitas menjadi instrumen untuk mengkaji dan mengungkap khazanah di balik ayat-ayat Al-Qur’an.

Penghormatan Hamka terhadap akal yang menopang pemahaman dan praktik keagamaannya yang kosmopolitan sebagaimana kesaksiannya dalam buku, Falsafah Hidup (2017: 43). “Agama Islam amat menghormati akal. Karena tidak akan tercapai ilmu kalau tidak ada akal. Sebab itu, Islam adalah agama ilmu dan akal,” tulisnya. (Abu Rafif)

Copast all :
http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/02/17/sisi-rasionalitas-hamka-yang-belum-banyak-diketahui/

Gol Salah



Nama lengkap pemuda itu adalah Mohamed Salah Ghaly. Dari namanya semua orang akan tahu kalau dia seorang Muslim. Dan dia memang seorang Muslim yang cukup taat, dia juga bukan orang Eropa tapi warga Negara Mesir yang sedang mencari nafkah di Inggris. Namun, saat ini pemuda Mesir kelahiran 15 Juni 1992 itu sangat dicintai banyak warga Inggris, terutama oleh suporter sepak bola klub Liverpool.
Pada saat saya masih kanak-kanak, ada salah seorang guru mengaji melarang para muridnya bermain sepak bola, menurut beliau, sepak bola itu diciptakan oleh balatentara Raja Yazid untuk menghinakan jenasah Husein Bin Ali, cucu Rasulullah saw.
Pada saat perang Karbala,Husein gugur dalam peperangan yang tidak berimbang. Husein gugur penuh luka di tengah keroyokan tentara Yazid. Kepala cucu Rasulullah itu dipenggal dan dijadikan bola. Disepak ke sana ke mari. Dari peristiwa inilah olah raga sepak bola tercipta, dipertandingkan, serta disukai banyak orang.
Namun, setelah penulis beranjak remaja, penulis mulai sadar kalau cerita salah seorang guru mengaji itu ternyata kurang bisa dipertangungjawabkan kebenarannya. Mungkin, pada masa kecilnya, Mohamed Salah Ghaly (Moh Salah) tidak pernah mendengar cerita itu sehingga dia bisa tumbuh menjadi seorang Muslim yang taat sekaligus pemain sepak bola profesional yang hebat luar biasa.
Gol demi gol yang dicetak Moh Salah untuk klub Liverpool FC, menghantarkan klub ini ke partai final Liga Champion 2018. mengulang capaian klub itu 13 tahun yang lalu. Oleh karena itu, saat ini nama Moh Salah mungkin jauh lebih dikenal daripada Abdul Fatah As-Sisi, Presiden Mesir, Negara Moh Salah.
Prestasi demi prestasi yang diukir bersama Liverpool ini pula, Moh Salah menjadi idola baru warga kota Liverpool, meskipun dia seorang Muslim yang tidak malu mengakui keMuslimannya. Setiap kali Moh Salah mencetak gol, dia sering merayakannya dengan cara bersujud.
Dengan selebrasinya itu sekan-akan dia ingin mengatakan kepada dunia, inilah aku seorang Muslim yang juga bisa berprestasi. Inilah imigran Muslim yang tidak seperti sangkaan buruk kalian, selalu menjadi sumber masalah tanpa sanggup memberi kontribusi berarti di semua bidang.
Moh Salah memang pantas mendapatkan semua penghormatan itu. Di samping prestasinya yang memang moncer saat bermain di lapangan hijau, gaya hidupnya juga relatif lurus. Sampai hari ini, Moh Salah tidak pernah membuat ulah negatif baik saat bermain sepak bola maupun di kehidupan kesehariannya. Moh Salah bukan termasuk pemain bola yang hobi mengumbar amarah dan memperturutkan nafsu dengan hobi dugem seperti pemain yang lain.
Prestasi dan gaya hidupnya yang tidak aneh-aneh inilah membuat Moh Salah dieluk-elukan semua kalangan. Apalagi kemudian Moh Salah juga diketahui sebagai pribadi yang rutin mendermakan sebagian penghasilannya untuk kalangan miskin dan yang membutuhkan. Salah juga menolak villa mewah yang dihadiahkan kepadanya karena membawa Mesir lolos ke putaran final piala dunia. Kepada pemberi villa, Salah menyarankan agar villa itu diberikan kepada kaum papa yang jelas lebih membutuhkan uluran tangan.
Moh Salah juga pernah meminta Polisi untuk membebaskan pencuri miskin yang membobol rumah orang tuanya yang ada di Mesir, bahkan pencuri itu oleh Moh Salah juga dikasih modal agar bisa berusaha secara halal.
Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila gol demi gol yang yang secara konsisten dicetak untuk klub Liverpool FC berbalas dengan nyanyian yang menggema untuk Moh Salah.
Mo Sa-lah lah lah lah lah/ Mo Sa-lah lah lah lah lah/ If he’s good enough for you (Jika dia cukup baik untukmu) / he’s good enough for me dia cukup baik untukku / If he scores another few Jika dia mencetak beberapa gol lagi / then I’ll be Muslim too kemudian aku akan menjadi Muslim juga /If he’s good enough for you Jika dia cukup baik untuk kamu / he’s good enough for me dia cukup baik untukku / Sitting in a mosque Duduk di masjid / That’s where I wanna be Di situlah aku ingin menjadi Mo Sa-lah lah lah lah lah. Kalau pada masa silam umat Islam mempunyai Salahudin Al Ayyubi yang berhasil membebaskan Yerussalem, dan menggiring orang barat untuk lebih ingin mengetahui Islam, saat ini kita juga mempunyai Moh Salah yang berhasil merebut hati penggemar sepak bola seluruh dunia untuk lebih mengenal Islam. Dan Islam memang sangat indah bagi semua orang, apalagi kalau memperkenalkannya juga dengan cara yang indah. (s banie)
http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/03/07/moh-salah/

Senin, 18 Maret 2019

Kita dan Al Quran

Dalam berinteraksi dengan Al qur'an, umat Islam saat ini berada di antara 4 situasi :

Pertama,
tersebutlah dalam sebuah cerita bahwa sepasang suami isteri dari sebuah desa berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka tahu, bahwa mutu emas di tanah Arab itu sangat tinggi serta harganya pun relatif lebih murah. Untuk itu, mereka pun sepakat untuk membeli kalung dan seperangkat perhiasan lainnya. Sekembali ke kampungnya, mereka menyimpang emas-emas tersebut dalam sebuah laci yang indah dan dikunci rapat-rapat. Mereka melakukannya karena menganggap bahwa emas tersebut adalah sesuatu yang berharga, memiliki nilai besar (value) sehingga perlu dijaga dengan disimpan di tempat yang aman. Akhirnya, emas tersebut tidak pernah dipakai atau dinikmati sebagai perhiasan yang berharga karena kekhawatiran akan menurunkan nilai atau value dari emas yang dilikinya.

Kedua,
sepasang suami isteri dari kampung lain melancong ke kota New York, kota metropolitan, kotanya dunia. Setiba di New York, mereka mencari tempat untuk menyewa mobil. Setelah deal selesai, sang penyewa meminta sebuah "map" (peta) kota New York. Mereka sadar, sebagai musafir yang asing (stranger traveler) mereka memerlukan peta agar tidak tersesat dalam perjalanan di kota yang baru bagi mereka. Sayangnya, selama perjalanan peta (map) tersebut hanya dipegang, minimal dilihat tapi tidak difahami secara serius petunjuk-petunjuknya. Akhirnya, mereka berjalan dan berjalan, namun tujuan yang ingin dicapainya tidak pernah dicapainya. Bahkan mereka berjalan ke arah yang sesat, terperangkap dalam sebuah rimba yang penuh binatan buas.

Ketiga,
seorang pemuda kampung datang ke kota. Setiba di kota, sang pemuda diajak ke pantai oleh seorang temannya yang kebetulan penyelam. Sesampai di pantai tersebut, sang pemuda pertama kali menemukan kotoran-kotoran, sampah-sampah dan hanya pasir-pasir dan batu-batuan. Terbetiklah dalam benak pemuda kampung, betapa bodohnya pemuda kota yang selalu menyelam di lautan yang hanya penuh kotoran dan sampah tersebut. Sang pemuda kampung tidak sadar, betapa dalam lautan tersembunyi mutiara dan berbagai benda berharga lainnya. Sayangnya, sang pemuda hanya mampu melihat pinggiran lautan yang tidak terpelihara secara baik sehingga penuh dengan kotoran dan sampah dan tidak mampu menangkap berbagai rahasia keindahandi dalamnya.

Keempat,
Seorang pensiunan hansip dari sebuah kampung terpencil pergi melancong ke kota London. Selama menjadi hansip, dia selalu taat dengan aturan-aturan yang selama ini dihafalnya, termasuk menghafal lafaz pancasila dan pembukaan uud 45-nya. Sebagai law obedient person, dia sudah bertekad untuk tidak melakukan lagi hal-hal lain yang di luar hafalannya. Setiba di London, sang hansip diperhadapkan kepada aturan-aturan baru yang selama ini belum ada di pemikirannya. Maka, ia menolak untuk mentaati kota London karena menurutnya, aturan-aturan tersebut tidak sesuai dengannya yang selama ini difahaminya.

Sahabat,

Kira-kira begitulah sekarang ini. Kita dalam berinteraksi dengan Al Qur'an berada pada posisi di atas, atau minimal berada pada salah satu kelompok manusia as sebagaimana digambarkan di atas :

Pertama,
kita sadar bahwa Al Qur'an itu sangat berharga, memiliki nilai yang sangat tinggi. Al Qur'an itu kita hargai dan cintai. Namun pernghargaan dan kecintaan kita terhadap Al Qur'an, ibarat kecintaan dan penghargaan seorang haji terhadap emasnya. Kita membeli Al Qur'an yang paling fancy, yang paling mahal dan paling indah. Sayangnya, Al Qur'an hanya dijadikan perhiasan yang tersimpan di dalam laci, dikunci karena dianggap suci. Al Qur'an justeru karena keyakinan kesuciannya, jarang tersentuh. Paling tidak, hanya disentuh disaat akan membaca Yaasiin, karena mungkin seseorang di antara anggota keluarga ada yang sakit keras (sakarat) atau mungkin karena seseorang meninggal dunia.

Kedua,
 kita sadar bahwa kita semua adalah musafir menuju peristirahatan akhir. Kita berjalan menuju alam kekal. Dan di dalam perjalanan ini, kita membutuhkan peta (map), petunjuk jalan agar kita tidak tersesat. Dengan peta, kita minimal akan mudah menemukan jalan yang terefektif dan aman. Jika tidak, maka mungkin saja, kita tersesat ke dalam hutan rimba yang penuh srigala dan binatan buas lainnya. Dunia ini adalah ganas. Dunia ini penuh dengan perangkap dan tipu muslihat. Kalaulah dalam perjalanan ini, kita tidak cermat mencari jalan aman, sesuai dengan petunjuk jalan yang baku, maka kita dapat terjatuh dalam perangkap dan tipu muslihat duniawi. Sayangnya, peta atau petunjuk jalan tersebut, hanya dipegang dan tidak dipelajari, atau minimal dibaca tapi tidak difahami. Sehingga rasanya, perjalanan kita serba semrawut tidak terarah, karena peta yang kita miliki hanya justeru menjadi beban dalam perjalanan.

Ketiga,
kurangnya keimanan dan keilmuan kita, menjadikan kita kadang tergesa-gesa mengambil sebuah kesimpulan keliru terhadap Al Qur'an. Arogansi manusia tidak jarang berkata, Al Qur;an itu hanya penuh dengan beban-beban ajaran yang menghambat kemajuan hidup atau kehidupan yang dinamis. Al Qur'an menghambat kemajuan dunia. Al Qur'an telah usang. Al Qur'an hanya akan semakin menghambat kehidupan yang modern. Ibarat pemuda kampungan yang diajakn jalan ke pinggir pantai pertama kali. Padahal, Al Qur'an adalah lautan yang tak akan pernah habis terselami. Di dalamnya tersimpan segala sesuatu yang berharga. Di dalamnya ada emas, mutiara dan berbagai barang mulia dengan valuenya yang sangat tinggi. Sayang otak kampungan menganggapnya justeru hanya “hambatan” kemajuan kehidupan yang dianggap modern.

Keempat,
pada semua negeri ada aturan. Aturan adalah sebuah keniscayaan. Negeri tanpa aturan tak lebih dari sebuah negeri dari kumpulan hewan-hewan. Manusia yang hidup dalam sebuah negeri, tanpa ingin diatur oleh sebuah aturan, mereka tak lebih dari hewan-hewan yang berbentuk manusia. Kita hidup di negerinya Allah. Kita menumpang mencari makan, sedang melancong (musafir) dalam negeriNya. Maka, akankah diterima sebagai sebuah kewajaran, di saat kita mengatakan bahwa aturan Al Qur'an tak bisa diterima karena "aku" sendiri sudah punya aturan? Jika tetap berpendirian demikian, silahkan cari negeri, silahkan cari dunia, di mana anda dapat mengklaim sebagai dunia yang Tuhan tidak perlu campur tangan. Ciptakanlah dunia baru anda, yang di dalamnya Tuhan memang tidak perlu campur tangan. Selama anda masih ada di planet sekarang, planet yang anda merasa belum pernah menciptakannya sendiri, jangan coba-coba berprilaku “kuno” menganggap punya aturan-aturan sendiri. Karena di mana pun anda pergi, setiap pemilik negeri akan membuat aturannya sendiri. Dan dunia seluruhnya (al’aalamiin) adalah negeriNya Allah. Untuk itu, adalah sangat tidak masuk akal dan tidak realisits, jika anda menolak aturan Allah SWT.

sahabat,
Lalu di manakah saya, anda dan kita semua? Masih masih-masing kita melakukan introspeksi. Buka akal dan hati, hancurkan keegoan yang selalu angkuh.

Sumber : anonym (sudah ada di komputerku sejak baru)

Minggu, 17 Maret 2019

Menahan Amarah

"
'Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (Ali-Imron: 133-134).

Amarah merupakan tabiat manusia yang sulit untuk dikendalikan. Dan, Allah menjadikan orang yang mampu untuk menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa. Di samping itu Allah akan memberikan pahala kepada orang yang menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya. Allah berfirman, ''Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.'' (Asy-Syuura: 40).

Abu hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari, seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata kepada beliau. Ya Rasulullah! Nasihatilah saya! Sabdanya, ''Janganlah engkau marah.'' Lalu beliau ulangkan beberapa kali, dan sabdanya, ''Jangan engkau marah.'' (HR Bukhori).

Penekanan Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah. Karena ia adalah penyebab terjadinya pertikaian, perpecahan, dan permusuhan. Dan bila ini terjadi, maka akan membawa dampak negatif kepada umat Islam. Oleh sebab itu pula, Islam tidak membenarkan seorang Muslim untuk saling bertikai dan saling berpaling satu sama lain melebihi dari tiga malam.

Sahabat Abu Bakar ra pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT karena kemarahan yang dilakukannya dengan bersumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri Aisyah. Allah berfirman, ''Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat-(nya).

Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang berusaha menahan amarahnya. Pertikaian, kerusuhan, permusuhan di mana-mana tidak akan terjadi. Karena kejahatan yang dibalas dengan kejahatan tidaklah memberikan solusi, namun menambah persoalan dan memperpanjang perselisihan.


Sumber : Nasher Akbar (Republika)
Gambar :
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2484381/jangan-pernah-bangunkan-harimau-tidur